BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang Masalah
Belajar
merupakan suatu usaha yang harus dilakukan manusia untuk mencapai perkembangan
pribadi seutuhnya. Dengan belajar pola pikir dan tingkah laku manusia bisa
dibentuk menjadi pribadi yang kuat dan seimbang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Morgan (2010: 3) “ belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman”.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dari seorang guru tentang pembelajaran karena guru memegang peranan penting
dalam proses pembelajaran.
Seorang
guru yang profesional selalu ingin memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya
dalam proses pembelajaran baik mengenai pemahaman tentang teori-teori belajar
dan pembelajaran maupun hal-hal lain yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam
proses pembelajaran seperti melanjutkan
pendidikan kepada jenjang yang lebih tinggi, mengikuti semkinar-seminar
pendidikan dan psikologi, serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan pendidikan guru yang
diadakan instansi pemerintahan, dan terampil menggunakan media pembelajaran .
Banyak
teori belajar yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan. Teori-teori belajar
tersebut dikembangkan untuk memperbaiki perkembangan ilmu pengetahuan pada
dunia pendidikan. Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud ingin menulis
makalah ini dengan judul “Manfaat dan Kelebihan Teori Belajar dan Pembelajaran
Bagi Seorang Guru Profesional”.
II.
Tujuan
Penulisan
Penulisan makalah ini
bertujuan untuk:
1. Sebagai
tugas mata kuliah Teori Belajar pada program pasca sarjana Jurusan Teknologi
Pendidikan UNP.
2. Sebagai
sarana untuk latihan dan menambah wawasan penulis tentang manfaat dan kelebihan
teori belajar dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
Teori
Menurut Snelbecker
(1974) dalam buku Ratna Wilis Dahar (1989:4) teori berarti sejumlah
proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintaktik ( artinya, kumpulan
proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara
logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada data yang
diamati), dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang diamati.
Dari pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa teori merupakan suatu hal yang sangat penting karena
dapat memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.
II.
Pengertian
Belajar
Menurut Gagne (1984)
dalam buku Ratna Wilis Dahar (1989:11) belajar didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
1. Perubahan
perilaku
Gagasan yang menyatakan
bahwa belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma berarti juga bahwa
belajar membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara
organisma itu berperilaku pada waktu 1 dengan cara organisma itu berperilaku
pada waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu
berbeda untuk kedua waktu itu, maka kita dapat berkesimpulan bahwa belajar
telah terjadi.
Selanjutnya yang
terjadi ialah perubahan perilaku dalam proses belajar. Perubahan dalam
sifat-sifat fisik, misalnya tinggi dan berat, tidak termasuk belajar. Demikian
pula perubahan dalam kekuatan fisik, misalnya kemampuan untuk mengangkat, yang
terjadi sebagai suatu hasil perubahan fisiologis dalam besar otot atau
efisiensi dari proses-proses sirkulasi dan respirasi.
2. Perilaku
terbuka
Prilaku terbuka
dianggap oleh para ahli psikologi sebagai suatu tanda untuk menyimpulkan apa
yang terjadi dalam pikiran seseorang.
3. Belajar
dan pengalaman
Yang disebut dengan
belajar dan pengalaman adalah dari prilaku yang positif misalnya seorang anak
menulis “ba-ba” kemudian menjadi “bapak”, dari menulis H2O menjadi .
4. Belajar
dan kematangan
Perubahan prilaku yang
disebabkan oleh kematangan terjadi bila perilaku itu disebabkan oleh
perubahan-perubahan yang berlangsung dalam proses pertumbuhan dan pengembangan
dari organisma-organisma secara fisiologis.
Dari pendapat ahli ahi
diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu hal yang sangat penting karena
dapat mengubah perilku menjadi lebih baik.
Bentuk-bentuk belajar ada lima
dikemukakan oleh Gagne (1984) diantaranya:
1.
Belajar
responden
2.
Belajar
kontiguitas
3.
Belajar
operant
4.
Belajar
observasional
5.
Belajar
kognitif
III.
Pengertian
Teori-teori Belajar
Teori-teori belajar
yang dikembangkan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu teori-teori belajar
sebelum abad 20 dan selama abad 20. Sebelum abad 20 telah berkembang beberapa
teori belajar yaitu teori disiplin
mental, teori pengembangan alamiah dan teori apersepsi. Ketiga teori belajar
ini mempunyai satu ciri yang sama yaitu teori-teori ini dikembangkan tanpa
dilandasi eksperimen. Teori disiplin mental (Plato. Aristoteles) menganggap
bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Sedangkan menurut
teori perkembangan alamiah mengatakan bahwa anak berkembang secara alamiah.
Tokoh-tokohnya adalah JJ Rousseau (1712-1778), Heinrich Pestalozzi (1746-1827)
serta Friedrich Foebel (1782-1852). Menurut teori apersepsi, belajar merupakan
suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama
yang sudah membentuk pikiran. Tokoh teori ini adalah Johan Friedrich Herbart
(1776-1841).
Teori-teori belajar
yang dikembangkan abad 20 dikelompokkan menjadi 2 yaitu teori belajar prilaku
(behavioristik) yang meliputi teori-teori stimulus respon(S-R) conditioning dan
teori Gestalt field yang meliputi teori-teori kognitif.
Menurut teori-teori
belajar prilaku, belajar merupakan suatu perubahan perilaku yag dapat diamati,
yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respons-respons menurut
prinsip-prinsip mekanistik. Teori-teori prilaku ini tokoh-tokohnya adalah Iva
Petrovich Pavlov (1849-1936), E.L Thorndike, E.R. Guthrie, BF Skinner, RM
Gagne, A Bandura.
Sedangkan menurut
teori-teori Gestalt-Field belajar merupakan suatu proses perolehan atau
perubahan insait-insait, pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola-pola
berpikir.
Berikut iniakan dibahas
lebih rinci mengenai teori-teori belajar prilaku dan teori-teori belajar
gestalt field.
A. Teori-teoribelajar
Prilaku
1. Ivan
pavlov: classical conditioning
Dalam tahun-tahun
terakhir dari abad ke 19 dan tahun-tahun permulaan abad ke 20 Pavlov dan
kawan-kawannya mempelajari proses pencernaan pada anjing. Selama penelitian
mereka memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur.
Dalam eksperimen-eksperimen ini Pavlov dan kawan-kawan menunjukkan bagaimana
belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan
tidak dapat dikendalikan seperti pengeluaran air liur.
Pentingnya studiyang
dilakukan oleh Pavlov terletak pada metode yang digunakannya serta hasil-hasil
yang diperolehnya (Slavin, 1988). Alat-alat yag digunakan dalam berbagai
eksperimen memperlihatkan bagaimanaPavlov dan kawan-kawannya dapat mengamati
secara teliti dan mengukur respons-respons subjek-subjek dalam
eksperimen-eksperimen itu.
2. EL.Thorndike:
Hukum pengaruh
EL Thorndike melakukan
eksperimen terhadap kucing. Dimana beliau menempatkan kucing-kucing dalam
kotak-kotak. Dari kotak-kotak ini kucing-kucing itu harus keluar untuk
memperoleh makanan. Ia mengamati bahwa sesudah beberapa selang waktu
kucing-kucing itu mempelajari cara mengeluarkan diri lebih cepat dari
kotak-kotak itu dengan mengulangi perilaku-perilaku yang tidak efektif. Dari eksperimen-eksperimen
ini Thorndike mengembangkan hukumnya yang dikenal dengan hukum pengaruh atau
loweffect.
Hukum pengaruh
thorndike mengemukakan, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan
yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan bahwa tindakn itu diulangi dalam
situasi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi bila suatu perilaku diikuti
oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan,
kemungkinan-kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi,
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat, memegang
peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
3. BF
Skinner: Operant Conditioning
Studi Skinner terpusat
pada hubungan antara perilaku dan konsekuensi-konsekuensinya. Sebagai contoh
misalnya, bila perilaku seseorang segera diiukuti oleh konsekuensi-konsekuensi
yang, orang itu akan terlibat dalam perilaku itu lebih kerap kali. Penggunaan
konsekuensi-konsekuensi yang menyenagkan dan tak menyenangkan untuk mengubah
perilaku disebut operant conditioning.
B. Teori
belajar gestalt field
Seperti dikemukakan
diatas bahwa teori belajar gestalt field ini meliputi teori-teori kognitif. Menurut
Agus Supriyono(2010: 22) dalam perspektif teori kognitif, “belajar merupakan
peristiwa mental bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat
behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk
mancapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori
kognitif adalah perseptual, artinya tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya”.
Tokoh-tokoh yang
mempelopori teori kognitif adalah Jean Piaget dengan adaptasi intelektualnya,
Jerome Bruner dengan discovery learning dan Ausubel dengan reception learning.
Paul Suparno
menggambarkan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget sebagai berikut:
Tahap
|
Umur
|
Ciri
pokok perkembangan
|
sensorimotor
|
0-2
tahun
|
Berdasarkan
tindakan langkah demi langkah
|
praoperasi
|
2-7
tahun
|
Penggunaan
simbol/ bahasa tanda, konsep intuitif
|
Operasi
konkret
|
8-11
tahun
|
Pakai
aturan jelas/ logis
Reversibel
dan kekekalan
|
Operasi
formal
|
11
tahun keatas
|
Hipotesis
Abstrak
Deduktif
dan induktif
Logis
dan probabilitas
|
Perkembangan kognitif
yang digambarkan Piaget tersebut merupakan proses adaptasi intelektual.
Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi,
dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep,
gagasan. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan
struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah proses
pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
oleh individu. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif kedalam
situasi baru. Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Konsep perkembangan
kognitif juga dikembangkan oleh Jerome Bruner. Menurut Bruner, perkembangan kognitif
individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan
mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu tersebut.
Penyusunan materi pelajaran dan penyajiannya dapat dimuali dari materisecara
umum kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan
yang lebih rinci. Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Bruner merupakan
proses discovery learning (belajar penemuan), yaitu penemuan konsep.
Seirama dengan
pemikiran Bruner, david Ausubel mengemukakan belajar sebagai reception
learning. Jika discovery learning menekankan pada pembelajaran induktif, maka
reception learning merupakan pembelajaran deduktif. Salah satu konsep penting
dalam reception learning adalah advance organizer sebagai kerangka konseptual
tentang isi pelajaran yang akan dipelajari individu.
Advanceorganizer adalah
statement perkenalan yang menghubungkan antara skemata yang sudah dimiliki oleh
individu dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Fungsi advance
organizer adalah memberi bimbingan untuk memahami informasi baru. Advance
organizer dapat menjadi jembatan antara pelajaran atau informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki individu.
Teoritis lainnya yang
tergolong dalam teori kognitif adalah Albert Bandura. Meskipun teori belajar
sosial dari Albert Bandura menekankan pada perubahan perilaku melalui peniruan,
banyak pakar tidak memasukkan teori ini sebagai bagian dari teori belajar
behavioristik. Sebab, Albert Bandura menekankan pada peran penting proses kognitif
dalam pembelajaran sebagai proses membuat keputusan yaitu bagaimana membuat
keputusan perilaku yang ditiruya menjadi perilaku miliknya. Pemikiran Albert
Bandura dikenal pula dengan teorikognitif sosial.
Konsep Bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri,
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan
kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Selain teori belajar
prilaku dan teori kognitif, para pakar juga mengemukakan teori konstruktivisme.
Pada dekade terakhir ini filsafat konstruktivisme kian populer di bidang
pendidikan. pemikiran filsafat konstruktivisme mengenai hakikat pengetahuan
memberikan sumbangan terhadap usaha mendekonstruksi pembelajaran mekanis.
Gagasan konstruktivisme mengenai pengethauan dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Pengetahuan
bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi
kenyataan melalui kegiatan subjek.
2. Subjek
membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
3. Pengetahuan
dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan
jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman
seseorang.
Pengetahuan
menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif. Pengetahuan tidak
pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural. Berdasarkan
pembentukannya atau pengonstruksiannya, Piaget mengategorisasi pengetahuan
menjadi tiga yaitu:
1. Pengetahuan
fisis
2. Pengetahuan
matematis-logis
3. Pengetahuan
sosial
Pengetahuan
fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung terhadap objek
yang dipelajari. Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang dibentuk
dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi maupun penggunaan objek.
Pengethuan sosial adalah pengetahuan yang dibentuk melalui interaksi seseorang
dengan orang lain. Menurut Paul Suparno, konstruksi pengetahuan piaget bersift
personal.Asumsi dari Jean piaget adalah dalam bahasa setiap individu terdapat
egosentris. Dengan menggunakan bahasanya sendiri individu membentuk skema dan
mengubah skema. Individu sendiri yang mengonstruksi pengetahuan ketika
berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapi.
Konstruktivisme
sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah bahasa merupakan aspek
sosial. Menurutnya pembicaraan egosentrik merupakan permulaan dari pembentukan
inner speech (kemampuan bicara yang pokok) yang akan digunakan sebagai alat
dalam berpikir.
Antara
konstruktivisme sosiokulturalisme dan personal menurut Paul Suparno keduanya
sama-sama mengimplikasikan pentingnya keaktifan peserta didik dalam belajar.
Keduanya menekankan pada tindakan terhadap objek. Hanya saja konstruktivisme
personal lebih menekankan pentingnya keaktifan individu dalam melakukan
tindakan terhadap objek, sedangkan konstruktivisme sosiokultural lebih
menekankan pentingnya lingkungan sosio kultural dalam melakukan tindakan
terhadap objek.
Konstruktivisme
beraksentuasi belajar sebagai proses operatif bukan figuratif. Belajar operatif
adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang
dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Konstruktivisme juga menekankan
pada belajar autentik, bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses
interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Selain itu teori
belajar konstruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai
proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif.
Prinsip
dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme
adalah:
1. Priorknowledge/
previous experience
Salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui oleh peserta
didik. Konstruksi pengetahuan tidak berangkat dari “pikiran kosong”, peserta
didik harus memiliki pengetahuan tentang apa yang hendak diketahui. Pengetahuan
ini disebut pengetahuan awal/ dasar (prior knowledge)
2. Conceptual-change
process
Proses perubahan
konseptual (conceptual-change process) merupakan proses pemikiran yang terjadi
pada peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan
situasi dunia nyata. Dalam proses ini peserta didik melakukan analisis,
sintesis, berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik kesimpulan sekalipun
bersifat tentatif. Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan bersifat viabilitas
artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep lain
yang lebih dapat diterima.
IV.
Manfaat
dan Kelebihan Teori Belajar dan Pembelajaran bagi seorang guru profesional
Agus Sugiono (2010: 35)
menyatakan bahwa cara mengajar guru sangat dipengaruhi oleh pemahamnnya tentang
pembelajaran. Selama ini prinsip-prinsip teori belajar behaviorisme amat
mendominasi pemahaman guru perihal tersebut. Cara mengajar guru telah lama
terpola dalam pemikiran behaviorisme.
Sebagai seorang guru
yang profesional hendaknya tidak hanya mendominasi pembelajaran dengan
teori-teori belajar behviorisme. Dari teori-teori yang telah dibahas sangat
baik sekali apabila guru bisa memilih dan memvariasikan teori-teori belajar
dalam proses pembelajaran.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa teori belajar dan pembelajaran sangat bermanfaat bagi
seorang guru yang profesional. Dengan mengetahui dan memahami seluk beluk
tentang teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan maka
manfaat dan kelebihannya bagi guru adalah dapat meningkatkan kepercayaan diri
seorang guru dan dapat memberikan proses pembelajaran yang terbaik untuk
peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Teori
belajar sangat penting diketahui dan dipahami oeh guru yang profesional.
2. Teori belajar berkembang sebelum abad 20 dan
selama abad 20
3. Teori
belajar yang berkembang sebelum abad 20 tidak didasari dengan eksperimen
4. Teori
belajar selama abad 20 sudah didasari oleh eksperimen
5. Teori
belajar prilaku lebih menekankan kepada pembentukan prilaku atau kebiasaan.
6. Teori
belajar kognitif lebih menekankan kepada pembentukan pengetahuan.
7. Teori
belajar konstruktivisme menekankan pada belajar sebagai proses operatif bukan
figuratif, juga menekankan pada belajar autentik bukan artifisial serta juga
memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial atau belajar
kolaboratif dan kooperatif.
8. Teori
belajar dan pembelajaran sangat bermanfaat bagi seorang guru yang profesional.
B.
Saran
1. Diharapkan
kepada calon guru dan guru agar memahami konsep teori belajar
2. Sebagai
seorang guru yang profesional sebaiknya memilih teori belajar yang tepat dalam
proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar