BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Seiring
dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan teori sangat diperlukan dalam pengembangan
suatu ilmu pengetahuan termasuk dalam ilmu psikologi dan pendidikan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Snelbecker (1974) bahwa ”perumusan teori itu bukan hanya
penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju atau
berkembang, memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu”.
Teori-teori
yang sudah ditemukan atau dikemukakan para ilmuwan haruslah diuji kebenarannya
melalui cara-cara pengujian teori. Beberapa diantaranya teori tersebut dapat
diuji secara sintaks, semantik dan parsemoni. Untuk membahasnya lebih lanjut,
penulis paparkan dalam bab pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA (KONSEP) MATERI YANG DIBAHAS
1. PENGANTAR KEDALAM TEORI ILMIAH
Kita membutuhkan teori
karena dalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan kita tidak cukup hanya
membutuhkan fakta-fakta saja.
Snelbecker
(1974)berpendapat, bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan
vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju atau berkembang, dan
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu.
2. PERLUNYA DIBANGUN TEORI
Secara
umum ada 2 penyebab perlunya dibangun teori ini diantaranya:
1. Perubahan-perubahan
yang tidak ada hentinya
Misalnya bila kita baca
sejarah sains, kemajuan-kemajuan dalam sains telah dicapai karena para ilmuwan
mau menyusun gagasan-gagasan mereka dalam bentuk teori-teori, dan meminta orang
lain menilai teori-teori yang telah mereka susun itu.
Teori-teori lama telah
menimbulkan teori-teori baru, dan teori-teori baru menyebabkan dilakukan
eksperimen-eksperimen, dan eksperimen-eksperimen menghasilkan peningkatan
pengetahuan dan pemahaman. Walaupun apayang dihasilkan oleh psikologi dan
pendidikan kurang menggemparkan, dan teori-teori yang disusun tidak selalu
secara jelas ditunjang oleh kenyataan empiris, namun pernyataan-pernyataan
teoritis inilah yang lebih mempunyai dampak daripada fakta-fakta yang
terpisah-pisah, bagaimanapun prosedur-prosedur penelitian yang dilaksanakan.
Hal ini tidak berarti
bahwa observasi empiris kurang penting daripada teori, atau eksperimentasi
harus dilakukan untuk pertimbangan-pertimbangan teoretis murni. Sains
berkembang bila teori dan observasi empiris berjalan seiring dengan cara saling
menguntungkan. Teori menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang paling bermakna
untuk diajukan, dan observasi menunjukkan dimana letak kekurangan teori.
Keduanya harus selalu ada, teori-teori yang kurang sekali berlandaskan
observasi sama tidak berartinya dan berbahaya dengan fakta-fakta yang kurang
sekali terpaut pada teori.
2. Fungsi-fungsi
teori
Adapun fungsi-fungsi
teori adalah:
a. Mensistematikkan
penemuan-penemuan
Suatu teori dapat
digunakan untuk mensistematikkan penemuan-penemuan penelitian dan membuat arti
pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak saling berhubung. Jumlah
penelitian yang dilakukandalam psikologi dan pendidikan banyak sekali. Kerap
kali hasil-hasil dari eksperimen-eksperimen dan penelitian-penelitian ini
kelihatannya berlawanan. Hal yang serupa juga dijumpai pada
pengamatan-pengamatan sambil lalu. Kompleksnya prilaku yang diperlihatkan oleh
seseorang dalam satu hari, apalagi perilaku yang diperlihatkan oleh satu kelas
adalah mengejutkan. Dilihat secara sepintas kekompleksan ini sehingga dapat
dianalisis dan juga memperlihatkan bagaimana hasil-hasil dari berbagai
eksperimen-eksperimen itu cocok satu dengan yang lain.
Untuk menjelaskan
kegunaan pertama dari suatu teori lebih konkret, misalnya kita ambil teori
warna. Persepsi warna dalam dunia tampak ditentukan oleh kekompleksan permukaan
yang begitu rumit. Dalam berbagai teori warna yang telah dirumuskan, misalnya
teori Young-Helmholz, kekompleksan ini dianalisis sebagai hasil interaksi dari
sejumlah kecil reseptor warna dasar (biasanya tiga) yang terdapat dalam mata.
Teori ini bukan hanya menyederhanakan, dan dengan demikian tidak saja membantu
pemahaman, melainkan juga dapat diatur sejumlah besar fenomena menjadi suatu
skema yang koheren, misalnya buta warna, dan lain-lain.
Kegunaan semacam ini
menunjukkan salah satu keuntungan teori dibandingkan dengan kumpulan
fakta-fakta.
b. Melahirkan
hipotesis-hipotesis
Suatu teori merupakan
suatu generator yang tidak ternilai dari hipotesa-hipotesa penelitian. Salah
satu kegunaan teori ialah untuk menyampaikan pada para ilmuwan tempat menemukan
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori yang baik dapat
menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan menunjukkan dimana kiranya letak
segi keuntungan bila dilakukan penelitian. Nilai heuristika yang dimiliki teori
ini sangat penting untuk penelitian pada berbagai tingkatan.
c. Membuat
prediksi
Suatu teori dapat
digunakan untuk melakukan prediksi. Fungsi ini mirip dengan fungsi kedua yang
telah dikemukakan diatas, tetapi dengan implikasi yang lebih kuat. Suatu teori
bukan hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan
berguna, melainkan juga teori itu dapat memperlihatkan apa yang dapat
diharapkannya untuk ditemukan, bila ia telah melakukan eksperimen atau
pengamatan.
d. Memberikan
penjelasan
Suatu teori dapat
digunakan untuk menjelaskan. Jadi fungsi teori dalam hal ini ialah untuk
menjawab pertanyaan “mengapa”. Mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu,
dan mengapa manipulasi suatu variabel menghasilkan perubahan pada variabel
lain. Banyak kejadian di alamditentukan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang
tidak diketahui, atau hanya diketahui tidak sempurna. Jadi, penjelasan
kejadian-kejadian semacam itu harus dilakukan secara teoritis.
Menurut Snelbecker
(1974) “konstruksi teori merupakan suatu bagian dari proses keberlangsungan
dalam psikologi dan pendidikan, apakah yang diperhatikan itu suatu proses
belajar misalnya ataukah suatu individu. Bahwa manusia itu belajar, merupakan
fakta yang nyata, yang tidak jelas ialah bagaimana manusia itu belajar, atau
mengapa manusia belajar. Suatu teori belajar dapat menolong kita menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.”
3. DEFINISI ISTILAH
1.
Teori
Menurut Snelbecker (1974)”Dalam
penggunaan secara umum teori berarti sejumlah proposisi-proposisi yang
terintegrasi secara sintaktik (artinya kumpulan proposisi ini mengikuti
aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang
satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada data yang diamati), dan yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.”
2.
Hipotesis
Suatu hipotesis merupakan suatu
pernyataan tentang hubungan yang diduga antara variabel-variabel. Tidak seperti
teori, hipotesis tidak perlu menyangkut dan juga tidak perlu merupakan hasil
dari suatu sistem yang tersusun dari proposisi-proposisi; hipotesis itu hanya
menyatakan bahwa suatu observasi mendatang akan mempunyai suatu bentuk
tertentu. Pernyataan-pernyataan ini pada umumnya terbagi dua kategori yaitu:
1.
Hubungan itu bersifat korelatif (suatu perubahan
dalam x secara sistematis berhubungan dengan suatu perubahan dalam y)
2.
Hubungan itu dapat bersifat sebab akibat (suatu
perlakuan terhadap x mengakibatkan perlakuan dalam y).
Dapat dimengerti bahwa antara teori dan hipotesis terdapat suatu
hubungan. Semua pernyataan teoritis merupakan per definisi hipotesis, bila para
ilmuwan menerima teori-teori ini sebagai pernyataan-pernyataan yang tentatif
dalam pencarian yang tidak ada hentinya tentang penjelasan yang lebih teliti
mengenai bidang studi. Tetapi, tidak perlu setiap hipotesis diturunkan dari
teori (Snelbecker, 1974).
3.
Model
Model merupakan suatu analog
konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian
empiris sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model ialah suatu struktur
konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang
diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang
lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang (Markx, 1976).
Ada beberapa bentuk model,
diantaranya yang paling banyak digunakan ialah model-model fisika (physical
models), model-model komputer, dan model-model matematik. Semua model mempunyai
sifat “jika-maka”, dan model-model ini terkait sekali pada teori. (Snelbecker,
1974).
4.
Konstruk
Konstruk-konstruk merupakan jantung
teori-teori. Konstruk merupakan semacam konsep. Seperti semua konsep, konstruk
menyajikan suatu kategorisasi atau klasifikasi dari benda-benda atau
kejadian-kejadian, sehingga dengan satu simbol sejumlah observasi-observasi
konkret dapat disajikan (Mark. 1976).
5.
Hukum dan prinsip
Suatu hukum merupakan suatu pernyataan
tentang suatu hubungan antara variabel-variabel, dan kemungkinan terjadinya
hubungan ini begitu tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
itu sangat saling bergantung (Snelbecker, 1974).
Suatu prinsip merupakan suatu
pernyataan tentang hubungan-hubungan yang dapat dikatakan mempunyai dasar
empiris, tetapi belum dapat disebut suatu hukum, karena belum dapat dianggap
mendasar, atau belum cukup mantap. Banyak penulis-penulis psikologi dan
pendidikan menggunakan istilah hukum dan prinsip saling bergantian (Snelbecker,
1974).
4. KONSTRUKSI TEORI
1.
Konstruksi teori secara deduktif
Teoriwan deduktif bekerja dari atas
ke bawah. Ia membangun suatu teori yang kelihatannya logis, dengan dasar
apriori. Kemudian teori itu diuji dengan melakukan eksperimen-eksperimen yang
sifatnya ditentukan oleh teori tersebut. Dalam teori semacam ini mula-mula
dirumuskan sekumpulan asumsi-asumsi dasar atau postulat-postulat, dengan
memperhatikan faktor-faktor tertentu yang telah dikenal. Dari postulat-postulat
ini dikeluarkan hipotesis-hipotesis atau teorema-teorema. Hipotesis-hipotesis
ini kemudian diuji, dan hipotesis yang terbukti benar, dipertahankan. Dengan
cara yang sama, postulat-postulat yang menghasilkan teorema-teorema atau
hipotesis-hipotesis yang benar, dipertahankan, sehingga selama periode tertentu
teori itu mengalami koreksi sendiri. Pada umumnya inilah ciri teori deduktif.
Teori deduktif selalu berada dalam
proses koreksi, dan karena itu meminta banyak dilakukan penelitian. Masalahnya
dengan teori semacam ini ialah andaikata sebagian besar dari postulat-postulat
itu tidak benar, teori akan menyebabkan dilakukannya penelitian-penelitian yang
sedikit tidak berguna.
2.
Konstruksi teori secara induktif
Menurut cara ini, teori-teori menjadi
generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta empiris. Teoriwan induktif bekerja
dari bawah ke atas, menyusun sistem-sistem (dapat disebut teori-teori mini)
yang memperhatikan hasil-hasilpenelitian yang telah berkali-kali diuji. Lalu
menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi dari
teori-teori mini itu, dan akhirnya merumuskan suatu teori yang dapat mencakup
semua pernyataan yang lebih rendah tingkatannya. Pendekatan semacam ini
mempunyai satu keuntungan, yaitu orang yang merekonstruksi teori itu tidak
pernah jauh dari pernyataan-pernyataan yang “kebenarannya” cukup tinggi. Tetapi
dalam masalah yang dihadapinya, yaitu cara ini kerap kali menyebabkan timbulnya
teori-teori yang rendah tingkatnya. Diantaranya ada yang tidak khas, fungsinya
bertumpang tindih satu dengan yang lain.
3.
Keadaan sekarang
Dalam psikologi ada teoriwan-teoriwan
yang secara sengaja menggunakan kedua metode ini dalam penelitian mereka untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Mereka ini disebut para fungsionalis.
Pendekatan fungsionalis dalam konstruksi teori merupakan ciri khas psikologi
dewasa ini.
5. VERIFIKASI TEORI
Pada
suatu saat mungkin timbul pertanyaan tentang “kebenaran” suatu teori yang telah
dirumuskan. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kebenaran suatu teori,
melainkan yang ingin diketahui ialah apakah teori tertentu relatif lebih baik
daripada teori yang lama, dan apakah bagian tertentu dari suatu teori memerlukan
revisi. Banyak cara untuk menguji suatu teori, beberapa diantaranya yaitu
ditinjau dari segi (1) sintaks, (2) semantik, dan (3) parsimoni.
1.
Secara sintaks
Salah satu tes suatu teori ialah
apakah teori itu secara internal konsisten dan logis. Oleh karena semua teori
itu disusun atas dasar postulasi hubungan-hubungan antara konstruk-konstruk,
maka dari eorang teoriwan diminta bahwa teorinya tunduk pada
peraturan-peraturan sintaktik, dimana ia memperlihatkan bahwa konstruk-konstruk
yang digunakannya dalam teorinya dapat saling dihubungkan, dan akhirnya
dihubungkan pada data yang sebenarnya. Aturan-aturan ini dapat bersifat
matematik (dalam physical sciences) atau verbalistis (seperti dalam psikologi dan
pendidikan).
Presisi (ketelitian) secara sintaktik
lebih diharapkan dari sains (physical sciences) daripada psikologi ataupun
pendidikan, terutama sintaks matematik. Psikologi lebih banyak menggunakan
sintaks verbalistik, karena sifat keilmuannya.
2.
Secara semantik
Suatu teori yang diuji secara
semantik adalah suatu teori terutama diuji apakah teori itu membuat
generalisasi-generalisasi yang benar dan prediksi-prediksi yang sahih (valid).
Pada dasarnya suatu teori dapat lulus
atau gagal waktu diuji secara eksperimen. Hal ini berarti bahwa suatu teori
harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji. Inilah yang merupakan
masalah yang ditemukan berulangkali dalam menilai “kebenaran” teori-teori.
3.
Parsimoni
Aturan parsimoni ini mengemukakan
bahwa bila dua teori kelihatnnya sama sahihnya ditinjau dari segi semantik
maupun segi sintaktik maka teori yang lebih sederhanalah yang diterima.
Dalam psikologi dan pendidikan pada
kenyataannya, parsimoni tidak begitu menjadi masalah, karena masih banyak
pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab mengenai kesahihan semantik dari
sebagian besar teori-teori dalam kedua bidang ini (Snelbecker, 1974).
Dari ketiga cara yang dikemukakan untuk
menilai teori diatas dapat disimpulkan bahwa yang terpenting bukannya untuk
mnemukan suatu teori yang benar, atau dipercaya, atau sempurna, melainkan untuk
menemukan suatu teori yang lebih baik.
B. PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar menurut Gagne (1984) adalah suatu proses dimana suatu organisma
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
C. CONTOH PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran contoh teori dan konstruksi teori ini salah adalah:
Teori
Newton. Teori ini memprediksi adanya planet-planet yang pada saat itu belum
diamati. Dengan menggunakan teori Newton, dan dengan mengamati orbit-orbit dari
planet-planet yang telah dikenal, diprediksi bahwa harus ada planet-planet pada
kedudukan-kedudukan tertentu terhadap matahari. Dengan cara ini planet-planet
luar akhirnya ditemukan. Demikian pula pada saat dalam masa perkembangan teori
genetika diprediksi adanya kromosom-kromosom, walaupun kromosom-kromosom ini
tidak pernah diamati dengan mikroskop.
Selain
itu contohnya adalah teori-teori belajar. Seperti teori behavioristik, yang
meliputi teori-teori stimulus respon conditioning dan gestalt-field yang
meliputi teori-teori kognitif.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Kebutuhan
akan teori disebabkan oleh perubahan-perubahan yang tidak ada hentinya dan
fungsi teori yang sangat penting dalam perkembangan suatu ilmu pengetahuan
2. Fungsi
teori adalah mensistematikkan penemuan-penemuan, melahirkan
hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, memberikan penjelasan.
3. Konstruksi
teori meliputi tiga metode yaitu secara deduktif dan secara induktif serta bisa
kedua-duanya.
4. Untuk
memverifikasi teori-teori dapat dilakukan secara sintaks, semantik dan
parsimoni.
5. Contoh
penerapan dalam pembelajaran adalah teori belajar prilaku (behavioristik) serta
teori Gestalt-field (teori-teori kognitif).
B.
Saran
Penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis meminta kritik dan saran dari
Bapak Dosen sebagai pembimbing mata kuliah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar