Cute Yellow Pencil

Minggu, 15 Juni 2014

tugas teori belajar instruksional


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan teori sangat diperlukan dalam pengembangan suatu ilmu pengetahuan termasuk dalam ilmu psikologi dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Snelbecker (1974) bahwa ”perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju atau berkembang, memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu”.
Teori-teori yang sudah ditemukan atau dikemukakan para ilmuwan haruslah diuji kebenarannya melalui cara-cara pengujian teori. Beberapa diantaranya teori tersebut dapat diuji secara sintaks, semantik dan parsemoni. Untuk membahasnya lebih lanjut, penulis paparkan dalam bab pembahasan.


BAB II
PEMBAHASAN

      A.     MAKNA (KONSEP) MATERI YANG DIBAHAS
1.       PENGANTAR KEDALAM TEORI ILMIAH
Kita membutuhkan teori karena dalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan kita tidak cukup hanya membutuhkan fakta-fakta saja.
Snelbecker (1974)berpendapat, bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju atau berkembang, dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu.

2.       PERLUNYA DIBANGUN TEORI

             Secara umum ada 2 penyebab perlunya dibangun teori ini diantaranya:
1.      Perubahan-perubahan yang tidak ada hentinya
Misalnya bila kita baca sejarah sains, kemajuan-kemajuan dalam sains telah dicapai karena para ilmuwan mau menyusun gagasan-gagasan mereka dalam bentuk teori-teori, dan meminta orang lain menilai teori-teori yang telah mereka susun itu.

Teori-teori lama telah menimbulkan teori-teori baru, dan teori-teori baru menyebabkan dilakukan eksperimen-eksperimen, dan eksperimen-eksperimen menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Walaupun apayang dihasilkan oleh psikologi dan pendidikan kurang menggemparkan, dan teori-teori yang disusun tidak selalu secara jelas ditunjang oleh kenyataan empiris, namun pernyataan-pernyataan teoritis inilah yang lebih mempunyai dampak daripada fakta-fakta yang terpisah-pisah, bagaimanapun prosedur-prosedur penelitian yang dilaksanakan.

Hal ini tidak berarti bahwa observasi empiris kurang penting daripada teori, atau eksperimentasi harus dilakukan untuk pertimbangan-pertimbangan teoretis murni. Sains berkembang bila teori dan observasi empiris berjalan seiring dengan cara saling menguntungkan. Teori menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang paling bermakna untuk diajukan, dan observasi menunjukkan dimana letak kekurangan teori. Keduanya harus selalu ada, teori-teori yang kurang sekali berlandaskan observasi sama tidak berartinya dan berbahaya dengan fakta-fakta yang kurang sekali terpaut pada teori.

2.      Fungsi-fungsi teori
Adapun fungsi-fungsi teori adalah:
a.       Mensistematikkan penemuan-penemuan
Suatu teori dapat digunakan untuk mensistematikkan penemuan-penemuan penelitian dan membuat arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak saling berhubung. Jumlah penelitian yang dilakukandalam psikologi dan pendidikan banyak sekali. Kerap kali hasil-hasil dari eksperimen-eksperimen dan penelitian-penelitian ini kelihatannya berlawanan. Hal yang serupa juga dijumpai pada pengamatan-pengamatan sambil lalu. Kompleksnya prilaku yang diperlihatkan oleh seseorang dalam satu hari, apalagi perilaku yang diperlihatkan oleh satu kelas adalah mengejutkan. Dilihat secara sepintas kekompleksan ini sehingga dapat dianalisis dan juga memperlihatkan bagaimana hasil-hasil dari berbagai eksperimen-eksperimen itu cocok satu dengan yang lain.

Untuk menjelaskan kegunaan pertama dari suatu teori lebih konkret, misalnya kita ambil teori warna. Persepsi warna dalam dunia tampak ditentukan oleh kekompleksan permukaan yang begitu rumit. Dalam berbagai teori warna yang telah dirumuskan, misalnya teori Young-Helmholz, kekompleksan ini dianalisis sebagai hasil interaksi dari sejumlah kecil reseptor warna dasar (biasanya tiga) yang terdapat dalam mata. Teori ini bukan hanya menyederhanakan, dan dengan demikian tidak saja membantu pemahaman, melainkan juga dapat diatur sejumlah besar fenomena menjadi suatu skema yang koheren, misalnya buta warna, dan lain-lain.

Kegunaan semacam ini menunjukkan salah satu keuntungan teori dibandingkan dengan kumpulan fakta-fakta.

b.      Melahirkan hipotesis-hipotesis
Suatu teori merupakan suatu generator yang tidak ternilai dari hipotesa-hipotesa penelitian. Salah satu kegunaan teori ialah untuk menyampaikan pada para ilmuwan tempat menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori yang baik dapat menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan menunjukkan dimana kiranya letak segi keuntungan bila dilakukan penelitian. Nilai heuristika yang dimiliki teori ini sangat penting untuk penelitian pada berbagai tingkatan.

c.       Membuat prediksi
Suatu teori dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Fungsi ini mirip dengan fungsi kedua yang telah dikemukakan diatas, tetapi dengan implikasi yang lebih kuat. Suatu teori bukan hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan berguna, melainkan juga teori itu dapat memperlihatkan apa yang dapat diharapkannya untuk ditemukan, bila ia telah melakukan eksperimen atau pengamatan.

d.      Memberikan penjelasan
Suatu teori dapat digunakan untuk menjelaskan. Jadi fungsi teori dalam hal ini ialah untuk menjawab pertanyaan “mengapa”. Mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu, dan mengapa manipulasi suatu variabel menghasilkan perubahan pada variabel lain. Banyak kejadian di alamditentukan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak diketahui, atau hanya diketahui tidak sempurna. Jadi, penjelasan kejadian-kejadian semacam itu harus dilakukan secara teoritis.

Menurut Snelbecker (1974) “konstruksi teori merupakan suatu bagian dari proses keberlangsungan dalam psikologi dan pendidikan, apakah yang diperhatikan itu suatu proses belajar misalnya ataukah suatu individu. Bahwa manusia itu belajar, merupakan fakta yang nyata, yang tidak jelas ialah bagaimana manusia itu belajar, atau mengapa manusia belajar. Suatu teori belajar dapat menolong kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.”
  

3.       DEFINISI ISTILAH
1.       Teori
Menurut Snelbecker (1974)”Dalam penggunaan secara umum teori berarti sejumlah proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (artinya kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada data yang diamati), dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.”

2.       Hipotesis
Suatu hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang hubungan yang diduga antara variabel-variabel. Tidak seperti teori, hipotesis tidak perlu menyangkut dan juga tidak perlu merupakan hasil dari suatu sistem yang tersusun dari proposisi-proposisi; hipotesis itu hanya menyatakan bahwa suatu observasi mendatang akan mempunyai suatu bentuk tertentu. Pernyataan-pernyataan ini pada umumnya terbagi dua kategori yaitu:
1.       Hubungan itu bersifat korelatif (suatu perubahan dalam x secara sistematis berhubungan dengan suatu perubahan dalam y)
2.       Hubungan itu dapat bersifat sebab akibat (suatu perlakuan terhadap x mengakibatkan perlakuan dalam y).
Dapat dimengerti bahwa antara teori dan hipotesis terdapat suatu hubungan. Semua pernyataan teoritis merupakan per definisi hipotesis, bila para ilmuwan menerima teori-teori ini sebagai pernyataan-pernyataan yang tentatif dalam pencarian yang tidak ada hentinya tentang penjelasan yang lebih teliti mengenai bidang studi. Tetapi, tidak perlu setiap hipotesis diturunkan dari teori (Snelbecker, 1974).
3.       Model
Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model ialah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang (Markx, 1976).

Ada beberapa bentuk model, diantaranya yang paling banyak digunakan ialah model-model fisika (physical models), model-model komputer, dan model-model matematik. Semua model mempunyai sifat “jika-maka”, dan model-model ini terkait sekali pada teori. (Snelbecker, 1974).

4.       Konstruk
Konstruk-konstruk merupakan jantung teori-teori. Konstruk merupakan semacam konsep. Seperti semua konsep, konstruk menyajikan suatu kategorisasi atau klasifikasi dari benda-benda atau kejadian-kejadian, sehingga dengan satu simbol sejumlah observasi-observasi konkret dapat disajikan (Mark. 1976).

5.       Hukum dan prinsip
Suatu hukum merupakan suatu pernyataan tentang suatu hubungan antara variabel-variabel, dan kemungkinan terjadinya hubungan ini begitu tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel itu sangat saling bergantung (Snelbecker, 1974).

Suatu prinsip merupakan suatu pernyataan tentang hubungan-hubungan yang dapat dikatakan mempunyai dasar empiris, tetapi belum dapat disebut suatu hukum, karena belum dapat dianggap mendasar, atau belum cukup mantap. Banyak penulis-penulis psikologi dan pendidikan menggunakan istilah hukum dan prinsip saling bergantian (Snelbecker, 1974).

4.       KONSTRUKSI TEORI
1.       Konstruksi teori secara deduktif
Teoriwan deduktif bekerja dari atas ke bawah. Ia membangun suatu teori yang kelihatannya logis, dengan dasar apriori. Kemudian teori itu diuji dengan melakukan eksperimen-eksperimen yang sifatnya ditentukan oleh teori tersebut. Dalam teori semacam ini mula-mula dirumuskan sekumpulan asumsi-asumsi dasar atau postulat-postulat, dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang telah dikenal. Dari postulat-postulat ini dikeluarkan hipotesis-hipotesis atau teorema-teorema. Hipotesis-hipotesis ini kemudian diuji, dan hipotesis yang terbukti benar, dipertahankan. Dengan cara yang sama, postulat-postulat yang menghasilkan teorema-teorema atau hipotesis-hipotesis yang benar, dipertahankan, sehingga selama periode tertentu teori itu mengalami koreksi sendiri. Pada umumnya inilah ciri teori deduktif.

Teori deduktif selalu berada dalam proses koreksi, dan karena itu meminta banyak dilakukan penelitian. Masalahnya dengan teori semacam ini ialah andaikata sebagian besar dari postulat-postulat itu tidak benar, teori akan menyebabkan dilakukannya penelitian-penelitian yang sedikit tidak berguna.

2.       Konstruksi teori secara induktif
Menurut cara ini, teori-teori menjadi generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta empiris. Teoriwan induktif bekerja dari bawah ke atas, menyusun sistem-sistem (dapat disebut teori-teori mini) yang memperhatikan hasil-hasilpenelitian yang telah berkali-kali diuji. Lalu menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi dari teori-teori mini itu, dan akhirnya merumuskan suatu teori yang dapat mencakup semua pernyataan yang lebih rendah tingkatannya. Pendekatan semacam ini mempunyai satu keuntungan, yaitu orang yang merekonstruksi teori itu tidak pernah jauh dari pernyataan-pernyataan yang “kebenarannya” cukup tinggi. Tetapi dalam masalah yang dihadapinya, yaitu cara ini kerap kali menyebabkan timbulnya teori-teori yang rendah tingkatnya. Diantaranya ada yang tidak khas, fungsinya bertumpang tindih satu dengan yang lain. 
3.       Keadaan sekarang
Dalam psikologi ada teoriwan-teoriwan yang secara sengaja menggunakan kedua metode ini dalam penelitian mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Mereka ini disebut para fungsionalis. Pendekatan fungsionalis dalam konstruksi teori merupakan ciri khas psikologi dewasa ini.

5.       VERIFIKASI TEORI
Pada suatu saat mungkin timbul pertanyaan tentang “kebenaran” suatu teori yang telah dirumuskan. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kebenaran suatu teori, melainkan yang ingin diketahui ialah apakah teori tertentu relatif lebih baik daripada teori yang lama, dan apakah bagian tertentu dari suatu teori memerlukan revisi. Banyak cara untuk menguji suatu teori, beberapa diantaranya yaitu ditinjau dari segi (1) sintaks, (2) semantik, dan (3) parsimoni.
1.       Secara sintaks
Salah satu tes suatu teori ialah apakah teori itu secara internal konsisten dan logis. Oleh karena semua teori itu disusun atas dasar postulasi hubungan-hubungan antara konstruk-konstruk, maka dari eorang teoriwan diminta bahwa teorinya tunduk pada peraturan-peraturan sintaktik, dimana ia memperlihatkan bahwa konstruk-konstruk yang digunakannya dalam teorinya dapat saling dihubungkan, dan akhirnya dihubungkan pada data yang sebenarnya. Aturan-aturan ini dapat bersifat matematik (dalam physical sciences) atau verbalistis (seperti dalam psikologi dan pendidikan).

Presisi (ketelitian) secara sintaktik lebih diharapkan dari sains (physical sciences) daripada psikologi ataupun pendidikan, terutama sintaks matematik. Psikologi lebih banyak menggunakan sintaks verbalistik, karena sifat keilmuannya.

2.       Secara semantik
Suatu teori yang diuji secara semantik adalah suatu teori terutama diuji apakah teori itu membuat generalisasi-generalisasi yang benar dan prediksi-prediksi yang sahih (valid).

Pada dasarnya suatu teori dapat lulus atau gagal waktu diuji secara eksperimen. Hal ini berarti bahwa suatu teori harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji. Inilah yang merupakan masalah yang ditemukan berulangkali dalam menilai “kebenaran” teori-teori.
3.       Parsimoni
Aturan parsimoni ini mengemukakan bahwa bila dua teori kelihatnnya sama sahihnya ditinjau dari segi semantik maupun segi sintaktik maka teori yang lebih sederhanalah yang diterima.

Dalam psikologi dan pendidikan pada kenyataannya, parsimoni tidak begitu menjadi masalah, karena masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab mengenai kesahihan semantik dari sebagian besar teori-teori dalam kedua bidang ini (Snelbecker, 1974).

Dari ketiga cara yang dikemukakan untuk menilai teori diatas dapat disimpulkan bahwa yang terpenting bukannya untuk mnemukan suatu teori yang benar, atau dipercaya, atau sempurna, melainkan untuk menemukan suatu teori yang lebih baik.

B.      PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar menurut Gagne (1984) adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

C.      CONTOH PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran contoh teori dan konstruksi teori ini salah adalah:
Teori Newton. Teori ini memprediksi adanya planet-planet yang pada saat itu belum diamati. Dengan menggunakan teori Newton, dan dengan mengamati orbit-orbit dari planet-planet yang telah dikenal, diprediksi bahwa harus ada planet-planet pada kedudukan-kedudukan tertentu terhadap matahari. Dengan cara ini planet-planet luar akhirnya ditemukan. Demikian pula pada saat dalam masa perkembangan teori genetika diprediksi adanya kromosom-kromosom, walaupun kromosom-kromosom ini tidak pernah diamati dengan mikroskop.
Selain itu contohnya adalah teori-teori belajar. Seperti teori behavioristik, yang meliputi teori-teori stimulus respon conditioning dan gestalt-field yang meliputi teori-teori kognitif.


KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
1.      Kebutuhan akan teori disebabkan oleh perubahan-perubahan yang tidak ada hentinya dan fungsi teori yang sangat penting dalam perkembangan suatu ilmu pengetahuan
2.      Fungsi teori adalah mensistematikkan penemuan-penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, memberikan penjelasan.
3.      Konstruksi teori meliputi tiga metode yaitu secara deduktif dan secara induktif serta bisa kedua-duanya.
4.      Untuk memverifikasi teori-teori dapat dilakukan secara sintaks, semantik dan parsimoni.
5.      Contoh penerapan dalam pembelajaran adalah teori belajar prilaku (behavioristik) serta teori Gestalt-field (teori-teori kognitif).

B.      Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis meminta kritik dan saran dari Bapak Dosen sebagai pembimbing mata kuliah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar